Hidup dalam keberlimpahan materi tak selamanya membuat kebahagiaan yang sejati daam diri manusia. Itulah yang pernah aku rasakan selama hidup bersama orang tua dimasa lalu. Sebagai anak terakhir aku termasuk anak yang paling dimanja dan disayang keluarga. Apapun yang aku minta hampir selalu dipenuhi oleh orang tua.
Namaku, Dita, aku dilahirkan di kota depok tetapi akhirnya ikut orang tua yang pindah ke Yogyakarta. Orang tuaku termasuk tipe ortu yang ingin segalanya terlihat sempurna, terutama mamakau, beliau selalu menganjurkan agar aku tampil lebih seksi dan menarik secara fisik. Maklum orang tuaku termasuk kurang peduli pada urusan agama, bahkan tak ada satupun anggota keluargaku yang taat dalam urusan agama.
Waktu dan pikiran hanya difokuskan untuk mengejar materi dan kekayaan, mereka menganggap dengan bekal harta yang sebanyak banyaknya maka semua urusan akan jadi lebih mudah untuk diatasi.
Meski aku dimanja dan tumbuh menjadi anak yang manja tetapi aku merasa selalu kekurangan rasa kasih sayang. Rasanya hari hariku sangat sepi, hanya bisa bertemu mama papa pada malam hari, paling cepat ya di jam jam 23.00. Hal itu berulang selama bertahun tahun, menjalani hidup seperti dalam istana yang hampa. Bahkan aku juga sangat kurang dalam menjalin hubungan dengan tetangga, sebab ortu membuat aturan agar aku menjaga jarak dengan orang orang yang belum dikenal baik meski itu tetangga sendiri.
Duniaku mulai berubah lebih asyik saat facebook ramai ramainya dipakai orang. Aku pun langsung minta dibelikan laptop sama ortu, hanya dalam hitungan jam aku pun langsung dibelikan benda yang sedang aku butuhkan. Segera aku pun membuat akun di facebook, mengajak kenalan disana sini layaknya orang yang baru di fb. Dari sekian banyak kenalan yang ada akhirnya ada salah satu teman baru yang mampu meluluhkan hatiku. Awalnya hanya kirim kiriman pesan lewat inbox, lalu tukar menukar nomor hp yng berlanjut pada obrolan. Teman ini pula yang hampir setiap saat menemaniku ngobrol, dia benar benar telah membuat hidupku jadi berubah.
Saking seringnya mengobrol lama lama aku pun jadi jatuh cinta dan termakan kata kata manisnya, ia termasuk pria yang pandai merayu, begitu pandainya hingga aku pun mau saat dia mengajak bertemu di dunia nyata. Rasanya grogi juga, karena baru kali ini aku bertemu dengan cowok yang belum aku kenal sebelumnya, tetapi rasa gugup ini berusaha aku tekan agar tak kelihatan kaku dimatanya.
Saat bertemu langsung jujur aku sangat kaget, karena mukanya tak sama dengan yang ada di facebook, ia tampak lebih tua 5 tahun dari foto yang ada di fb. Sebenarnya waktu itu hatiku berbisik kalau dia bukan orang yang baik baik, tetapi aku coba menguatkan dan berpikir baik sebagaimana saat ngobrol di telpon.
Dengan naik motor aku jalan bareng dengannya, hatiku berguman mungkin seperti ini ya rasanya orang yang sedang berpacaran, lama sekali aku jalan dengannya, sesekali tangan nakalnya menyentuh pipiku dan tanpa aku sangka sebelumnya ia pun menciumku dan memelukku. Setelah berjalan sekitar 2 jam akhirnya aku sampai pada satu rumah, ia berkata kalau itu adalah rumah pamannya, ia ingin mengenalkanku sebagai calon istrinya.
Aku pun kaget, sebab aku belum berjanji atau membuat komitmen untuk menikah dengannya. Ada rasa enggan saat mau memasuki rumah itu, tetapi dia memaksa dengan merayuku terus menerus hingga aku pun masuk ke dalam. Dia mempersilahkankanku untuk menunggu di ruang tamu, namun aneh, rumah itu tampak sepi, kemana gerangan paman atau anak anaknya.
Kurang lebih 10 menit kemudian dia keluar dengan membawakan minuman dan makanan kecil. Kita pun ngobrol ini itu hingga sore hari. Di ruang tamu itu dia memelukku, risih juga rasanya karena aku tak pernah seperti itu. Saat tangannya mulai kemana mana aku pun marah, tetapi malah dia membentakku kasar sekali. Lalu dia memaksaku untuk melayani nafsu bejatnya,aku sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi tangannya terlalu kuat hingga dia berhasil mengambil keperawananku yang teramat berharga. Aku menangis sejadi jadinya, dia hanya diam saja, bahkan kemudian dia mengatakan kalau sebenarnya dia sudah menikah dan punya 2 anak.

Aku tak pernah menceritakan ini semua pada orang tua, karena mereka pasti akan kecewa berat jika sampai tahu anak kesayangannya telah ternoda oleh pria yang sudah beristri. Hari hariku begitu sepi dan dihantui rasa sedih tiada henti. Malang nian nasibku, kenapa semua ini harus terjadi padaku, mengapa aku harus ternoda sebelum aku memiliki suami yang aku cintai? Demikianlah hatiku menjerit jerit menyesali apa yang telah terjadi dalam hidupku.
Setahun setelah kejadian itu aku dikenalkan pada seorang pria, yang kebetulan anak dari relasi papaku namun aku menolaknya dengan alasan kalau aku belum siap menikah, bukannya aku tak cinta kepadanya, tetapi aku takut mengecewakannya. Saat itu orang tuaku bisa memahami keputusanku dan tak memaksa agar aku menerimanya. Namun 2 tahun kemudian aku sangat bingung mau bilang apa karena kembali papaku mengenalkanku pada seorang pria muda yang juga masih putra dari relasinya dalam bisnis. Dengan penuh rasa khawatir aku pun menerima pinangannya. Pria ini termasuk pria yang sibuk, jadi jarang aku bertemu secara langsung, kalaupun bertemu maka dia akan langsung datang ke rumah, ya dalam sebulan 4 kali ngapelin aku.
Hari terus berganti, bulan pernikahan yang ditentukan pun mulai dekat, aku benar benar bingung bagaimana nanti kalau dia tahu tentang keadaanku yang sebenarnya, apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi ini semua. Tiap malam aku berdoa, aku coba mendekatkan diri padaNya, aku ingin ada pertolongan disaat saat seperti ini. Aku ingin agar nanti malam pertama tidak berakhir dengan pertengkaran saat dia merasakan kalau aku sudah tak perawan lagi. Karena meskipun seorang pria belum pernah melakukan hubungan badan mereka pasti tahu kalau istrinya sudah tak perawan ataupun masih perawan.
Ditengah kebingungan ini aku tetap berusaha tenang, saat aku keluar kota untuk menghadiri acara akhirnya aku pun cerita pada teman dekatku yang memang telah 5 tahun tak bertemu. Diluar dugaan temanku juga dulunya pernah mengalami masalah yang tak jauh beda denganku, hanya saja itu dilakukan oleh mantannya yang benar benar dia cintai. Tetapi yang membuatku gembira adalah saat dia berkata kalau dia mampu melewati malam pertamanya tanpa masalah.
Dia cerita mendapat bantuan khusus dari seseorang hingga dapat terbebas dari rasa ketakutan itu. Aku pun bertanya dan minta agar ditunjukkan orang yang telah membantunya. Dia pun tak keberatan, tetapi dia juga berkata kalau orang itu tak setiap saat menerima peserta. Namun aku tetap memaksa , sebab aku benar benar membutuhkan untuk mengatasi masalah yang aku hadapi.
Dengan proses yang cukup rumit akhirnya aku pun berhasil diterima dan ditangani, namun ada rasa malu yang luar biasa, karena aku termasuk orang yang sombong, hampir saja beliau marah dan melarangku untuk pakai jasanya. Kesalahanku adalah dengan mengatakan kalau aku sanggup membayar 10xlipat dari yang lain. Namun dengan bijak beliau berkata bahwa biaya pada dasarnya hanya sebagai perlambang, bukan karena orang membayar lebih tinggi lalu diterima, ada etika dan ketentuan lain yang tak dapat dijelaskan ke peserta.
Bapak.... dengan penuh kerendahan hati aku ingin mengucapkan beribu terima kasih, terima kasih telah membantuku dalam masalah yang sangat berat ini, entah apa yang akan terjadi kalau aku tak pernah berusaha untuk bisa keluar dari masalah ini. Kini aku sudah berkeluarga, tepatnya 1 tahun lalu, sudah punya usaha sendiri sementara suami tetap menjalankan bisnisnya sebagaimana dulu. Mohon doa dan restunya agar keluarga kami tetap langgeng selamanya. Kami yakin Tuhan akan memberikan balasan yang lebih berlipat lipat untuk kebaikan Bapak. Terima kasih.
Salam penuh hormatku,
Dita T , Yogyakarta
Catatan : Testimoni untuk bahan perbandingan bagi anda. Terima kasih Mbak Dita, semoga keluarga anda selalu dalam naungan kebahagaiaan dan mendapat kemudahan dalam segala hal . Amin